Jika masih belum jelas, dapat mengirimkan pertanyaan via e-mail ke microdataindonesia@gmail.com
microdataindonesia.co.id
High quality innovations, latest methodologies, Technologies & Trends.
T 08118880853
Email: microdataindonesia@gmail.com
Jl. Endro Suratmin No.53f, Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung,, Lampung 35131.
Open in Google Maps
Jakarta, Bukan di Amerika, bukan juga di benua Eropa.
Dilansir dari New York Post, kecepatan internet di Singapura menawarkan unduhan dengan rata-rata 185,25 Mbps. Peringkat berikutnya disusul Islandia (153,3 Mbps), Korea Selatan (114,31 Mbps), Hongaria (108,78 Mbps) dan AS (107,28 Mbps).
Tetapi, negara dengan akses internet terlambat di dunia juga ada di Asia Tenggara, yakni Brunei Darusalam dengan kecepatan (atau lebih tepatnya kelambatan) hanya 15,1 Mbps.
Dari situs Compare the Market yang berbasis di Inggris, dijelaskan untuk menggambarkan perbandingan kecepatan internet negara tercepat dan terlambat di dunia adalah saat mengunduh konten film Netflix yang berdurasi 60 menit.
Di Singapura, proses unduh hanya butuh waktu 16 detik. Sementara di Brunei butuh 3 menit 18 detik.
Lantas bagaimana Amerika? Tidak usah ditanya, beberapa negara di Amerika masih mengeluhkan hal yang sama seperti negara-negara berkembang; internet yang lelet dan harga yang mahal.
Bahkan jika dibandingkan
dengan Israel, di mana warganya rata-rata hanya habiskan US$ 13,30 atau setara
Rp 180 ribu untuk akses internet sebulan, di Amerika warganya rata-rata bisa
habiskan US$ 70 atau setara Rp 980 ribu untuk nikmati internet sebulan.
Tapi, itu masih lebih murah
ketimbang United Emirat Arab (UEA), negara ini memasang tarif luar biasa untuk
akses internet warganya. Yakni US$ 160,45 per bulan atau setara Rp 2,2 juta
dengan kecepatan 38,16 Mbps.